Jumat, 14 September 2007

Saya membayangkan seorang mahasiswa antropologi, yang berusia sembilan belas tahun datang dengan cita-cita untuk membuat field work di pedalaman Kalimantan atau Irian Barat. Atau seorang mahasiswa jurusan kimia yang berfikir untuk menemukan sejenis cairan baru yang dapat melambungkan manusia ke bulan. Atau seorang mahasiswa hukum dengan ide-ide yang sarat dengan rule of law.
Tidak ada yang lebih kejam dari pada mematahkan tunas-tunas semangat kemerdekaan berfikir dan berkreatifitas. Dalam waktu beberapa tahun, pemuda berumur sembilan belas tahun ini mengetahui tak mungkin ada ‘field work’ ke Irian Barat atau pedalaman Kalimantan. Ia harus puas dengan skripsi tentang masyarakat tukang buah-buahan di Pasar minggu. Dan alumnus Kimia benar-benar menyadari yang ada untuknya hanyalah kerja di pabrik sabun atau mentega. Pelan-pelan ia harus melupakan idealismenya tentang cairan yang dapat melontarkan manusia ke bulan. Lalu, si mahasiswa fakultas hukum mengetahui, bahwa di atas hukum terdapat hukum yang tidak tertulis. Tentara, polisi, jaksa dan garong-garong yang punya koneksi. (Soe Hok Gie)

Menjadi kaum idealis akan selalu dicemooh bahkan disobek-sobek: “Dia cerdas nan jujur, tetapi sayangnya kakinya tidak menjejak tanah!!”

Tidak ada komentar: