Minggu, 19 April 2009

Cerpen Lagi: Keputusan

KEPUTUSAN
(Dulu, Kartini meninggal karena pendarahan setelah melahirkan)

Sengaja kucecerkan, di kasur, di lantai, di kamar mandi, di tembok, kemudian kubungkus kau sebagian dan kubuang ke kali di belakang rumah.

Terkadang aku ingin terlihat gila, berteriak-teriak melengking hingga tenggorokanku kelu, menangis tersedu hingga mataku bengap dan syaraf-syaraf di sekitar mata terasa sakit dan berdenyut, aku selalu ingin bersedih hingga dadaku kram dan tulang punggungku terasa kaku, atau menjambak rambutku sendiri hingga kulit kepalaku semakin terlihat botak.

Lalu aku akan berjalan mengelilingi rumah, mengelilingi kampung, mengelilingi kota dan menyinggahi pantai jika aku merasa kehausan. Tapi aneh pantai pun berubah berwarna merah, ombak berbuih merah, dan ikan-ikan semakin besar saja badannya.

Aku suka membuat orang-orang berkerudung itu marah dengan caraku sendiri, mereka menyebutku perempuan gila, ketika aku cecerkan juga sebagian di lantai masjid.
Aku ingin semua tahu bahwa aku masih merah, aku masih menstruasi bulan ini, Meskipun sebulan yang lalu, malam itu di ujung gang buntu aku diperkosa oleh bajingan jalanan yang kotor.
Entah, mereka berjumlah empat atau lima orang lelaki bangsat. Aku memang perempuan yang pernah diperkosa dan semua boleh mencapku sebagai sosok hina. Sedangkan empat atau lima begundal itu adalah orang-orang yang gagah, mereka berhasil menggagahiku dengan cara binatang yang gagah (ah, meskipun gagah kalau binatang apa bagusnya?).

Lagi.
Sengaja kucecerkan, di kasur, di lantai, di kamar mandi, di tembok, kemudian kubungkus kau sebagian dan kubuang ke kali di belakang rumah.

Terkadang aku ingin terlihat gila, berteriak-teriak melengking hingga tenggorokanku kelu, menangis tersedu hingga mataku bengap dan syaraf-syaraf di sekitar mata terasa sakit dan berdenyut, aku selalu ingin bersedih hingga dadaku kram dan tulang punggungku terasa kaku, atau menjambak rambutku sendiri hingga kulit kepalaku semakin terlihat botak.

Lalu aku akan berjalan mengelilingi rumah, mengelilingi kampung, mengelilingi kota dan menyinggahi pantai jika aku merasa kehausan. Tapi aneh pantai pun berubah berwarna merah, ombak berbuih merah, dan ikan-ikan semakin besar saja badannya.
Aku suka membuat orang-orang berkerudung itu marah dengan caraku sendiri, mereka menyebutku perempuan gila, ketika aku cecerkan juga sebagian di lantai masjid.

Aku ingin semua tahu bahwa aku masih merah, aku masih menstruasi bulan ini, Meskipun sebulan yang lalu, malam itu di ujung gang buntu aku diperkosa oleh bajingan jalanan yang kotor. Tapi hari ini akan kubuktikan pada orang-orang itu, aku yang akan menentukan bayi-bayi yang (tidak) berbapak pemerkosa tidak akan pernah menempel pada rahimku, tidak akan pernah keluar melalui kelaminku. Aku yang menentukannya, bukan pemerkosa yang tidak tahu diri itu, atau perempuan-perempuan berkerudung yang fanatiknya mencapai titik khayalan. Ini adalah keputusanku, keputusan perempuan korban perkosaan, yang meskipun tidak memutuskan apapun, aku telah dicap hina. Kali ini biarkan aku menentukan bahwa akulah yang berkehendak hina, bukan dipaksa untuk menjadi hina.


Tuk Luhpari(ku)
01.15 (12/04/09)