Selasa, 20 Mei 2008

20 Mei' MEMPERINGAT(KAN)I KEBANGKITAN (HARGA BBM) NASIONAL

Malin Kundang, Negerinya yang Durhaka*

Lagu Tikar Plastik-Tikar Pandan (Sanggar Satu Bumi) sebagai pembukaan

Prolog

Alkisah, Malin Kundang dan Ibunya adalah sebuah keluarga yang miskin, meskipun mereka hidup di desa Sidoarjo sebuah desa yang letaknya di pulau Jawa sebelah Timur, desa yang berlimpah ruah kekayaan alam dengan sawah yang terhampar luas dan samudera yang kaya raya.

Ayah Malin telah meninggal sehingga Ibu Malin menjadi janda yang bekerja sebagai buruh untuk mencukupi kehidupan Malin.

Babak Pertama:

Pada suatu sore Malin dan Ibunya bercakap-cakap di teras rumah mereka yang sederhana.

Ibu Malin : Malin..anakku tersayang, meski engkau anak seorang janda miskin tapi janganlah kamu menjadi anak yang minder. Kamu harus rajin belajar, agar kelak engkau bisa menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi orang banyak.

Malin : Iya Ibu, Malin akan belajar keras, karena Malin memang ingin menjadi anak yang berbakti padamu. Baktiku padamu, adalah ketika waktu tidak akan kubiarkan menjadi beku. Aku akan mengurangi menonton sinetron, baca komik, maupun main PS dengan teman-teman.

Ibu Malin : Kau memang anak yang bisa diandalkan, Malin anakku. (Ibu Malin tersenyum sembari menepuk-neppuk pundak Malin)

Malin : Baiklah ibu, Malin mau mengerjakan PR dulu.

Ibu Malin : (Ibu Malin mengangguk tanda setuju)

Babak kedua:

Malin bahagia karena dia lulus Ujian Nasional dengan sukses, selain itu dia mendapatkan beasiswa kuliah ke Amerika Serikat.
Siang itu dengan tidak sabar, Malin menunggu ibunya yang mencucikan baju tentangga sebelah:

Malin : (Ketika melihat ibunya datang Malin berteriak) Ibu…….Malin lulus ujian dengan sukses..!! Malin juga mendapatkan beasiswa kuliah di Amerika. Ibu tidak usah khawatir soal biaya kuliah. Karena semua sudah ada yang menanggungnya. Tidak seperti negara kita pendidikan semakinmahal…dulu waktu kampaye mau jadi presiden janji mau menggratiskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi penduduk miskin macam kita, sekarang setelah jadi Presiden mana buktinya?.

Ibu : (Sambil tersenyum bahagia) Syukur nak..syukur. Tapi kamu harus tetap menjadi seoarang pemuda yang pintar menimbang hal yang baik dan meninggalkan hal yang buruk. Kamu juga harus menjadi pemuda pemberani, tidak boleh malu karena baju kamu jelek, tapi kamu harus malu karena berbohong, malu bodoh.

Malin : Iya Ibu, Malin akan mengingat nasehat Ibu.

Ketika kuliah di Amerika dia jatuh cinta pada Julia, Julia adalah gadis Amerika yang pintar, baik hati dan kaya.
Malin adalah seorang pemuda yang cerdas dan optimis.Malin kuliah dengan sungguh-sungguh. Setelah malin menyelesaikan kuliahnya selama 3,5 tahun di Amerika, dia pulang ke Indonesia bersama Julia kekasihnya. Namun Dia singgah dulu di Jakarta selama seminggu untuk mencari pekerjaan.
Selama satu minggu Malin bingung, mondar-mandir menawarkan ijasahnya, namun sayang tidak ada satu kantorpun yang mau menerima ia bekerja. Meskipun Malin berijasah Luar Negeri ternyata dia kesulitan mendapatkan kerja di Ibukota tanah airnya.

Akhirnya ia pulang ke kampungnya, Sidoarjo.

Babak ketiga:

Ternyata Rumah Malin sudah menjadi Lautan Lumpur Lapindo. Akhirnya Malin mencari Ibunya di pengungsian yang kotor. Sesampai di padang pengungsian, Ibu Malin Malin menyambutnya dengan tangisan, tapi bukan tangisan haru.

Ibu Malin :Hhuuuuuuuu………hhuuuuuuuuuuuuuu……..hhuuuuuuuuuuuuuuu, Malin akhirnya engkau pulang nak. Ibu menunggumu……Sekarang waktunya kamu membalas kebaikkan ibu yang dulu telah menyekolahkanmu. Ayo belikan Ibu HP, beliin Ibu baju-baju model terbaru…Ibu juga tidak ingin ketinggalan mode, tak tahukah kau nak? Di padang pengungsian ini persaingan antar ibu-ibu semakin ketat.

Julia :Siapa perempuan itu Malin? Apakah beliau Ibumu Malin? Bukahkah kau pernah bercerita, Ibumu adalah perempuan kuat dan optimis bukan perempuan pamrih apalagi menekan anaknya supaya menjadi anak yang sempurna dengan prestasi dan kekayaan? (berbicara dengan logat khas barat)

Malin : (Dengan kepala menunduk semabil melangkah pergi) Ibu……Aku akan mengutuk diriku menjadi abu karena ternyata aku lahir dari rahim yang keliru…! Aku akan mengutuk diriku menjadi Abu karena aku telah lahir dari negeri yang salah urus…negeri yang membiarkan penduduknya terlantar terkena Lumpur panas.

Ibu Malin :(tangisannya semakin keras ketika melihat Malin Anaknya meninggalkannya pergi) Malin…………Malin………Malin, maafkan Ibumu nak…..!!!

Malin :(sambil meninggalkan Ibunya yang menangis) Malin terlajur kecewa Ibu…Malin merasa tidak tahu lagi harus berbuat apa ibu…mencari pekerjaan di sini juga susah. Malin akan kembali saja ke Amerika bersama Julia.


Babak keempat:

Petang itu Ibu Malin bersama pengungsi lainnya menonton TV di pengungsian

Pembaca Berita : Pemirsa, diberitakan pesawat GARUDA GA-200 telah jatuh dan terbakar. Korban meninggal yang teridentifikasi atara lain : Malin, Julia dan beberapa penumpang lain terbakar dan menjadi abu.

Ibu Malin :(Menangismeraung…raung) Hhu………huu…….Malin…….!! Maafkan Ibu telah memperlakukanmu menurut sekehendak hati Ibu..Maafkan Ibumu yang membuatmu kecewa.

Ketika Ibu Malin Mendengar kecelakaan pesawat tersebut dia bersedih, ia mengira kutukkan Malin terhadap diri Malin sendiri penyebab..Malin terbakar Menjadi Abu.

Ibu Malin tidak pernah tahu yang sebenarnya, bahwa kecelakaan pesawat yang dialami Malin bukan karena kutukan, tapi karena persoalan Transportasi di negaranya yang tidak beres. Ibu Malin yang setiap tahunnya rajin membayar pajak itu tidak tahu, kalau anggaran negara yang seharusnya untuk memperbaiki pesawat yang rusak telah dikorupsi wakil-wakil rakyat yang ia pilih pada pemilu tahun lalu. Ibunya Malin tidak pernah tahu tentang KEBENARAN itu.

Lagu Ke Selatan (Sanggar Satu Bumi) sebagai penutup

Selesai……

*Pernah dipentaskan oleh anak-anak sanggar belajar "Anak Semua Bangsa" KIPAS (Komite Independen Perempuan dan anak untuk Aksi Sosial), bulan Maret 2007 di ged. PKM UNEJ.


Tidak ada komentar: