Sabtu, 02 Februari 2008

Sutradara Perempuan Berbagi Cerita


Perempuan Punya Cerita


Waktu JIFFest kemarin, film ini dijadikan sebagai film penutup. Jarang-jarang nih film Indonesia dijadikan clossing. Film ini terdiri dari 4 bagian, bercerita tentang PEREMPUAN dan disutradarai oleh 4 orang PEREMPUAN juga.

Bagian I: Chant Fom An Island (Cerita dari Pulau)
Directed by Fatimah.T.Rony, Story by Vivian Idris
Film ini berkisah tentang seorang perempuan yang bernama Sumantri (Rieke Diah Pitaloka) yang berprofesi sebagai bidan di sebuah pulau. Demi mengabdi pada pekerjaannya, sampai-sampai dia tidak peduli dengan penyakit kanker yang diidapnya. Di pulau itu, dia bertetangga dengan seorang gadis yang mempunyai keterbelakangan mental yaitu Wulan (diperankan Rachel Maryam). Dia merawat Wulan seakan gadis itu adalah keluarganya, karena Wulan sendiri hanya tinggal bersama mak tua yang sudah uzur. Sampai pada suatu ketika, Wulan diperkosa oleh anak berandalan di pulau itu. Di satu sisi, sang Bidan ingin menyeret sang pelaku ke meja hijau, tapi disisi lain dia juga dihadapkan pada kasus aborsi yang menimpanya. Sampai pada suatu ketika, suami si Bidan (Rokim, diperankan oleh Arswendy Nasution) tanpa sengaja mendengar si pelaku bercerita kepada temannya kalau dial ah pelaku pemerkosa Wulan. Tanpa tedeng aling-aling, Rokim menghajar habis-habisan anak itu dan memaksanya untuk bertanggungjawab. Disaat yang bersamaan, karena ketahuan Wulan sedang mengandung, istrinya “sang Bidan” mencoba untuk menggugurkan kandungan Wulan. Karena dia mengkhawatirkan keadaan Wulan, yang akan ditinggalkannya untuk berobat ke kota. Pada akhirnya, mampukah sang bidan mempertahankan argumennya atas proses aborsi yang dilakukannya terhadap Wulan? Dan mampukah mereka memilih ketika akhirnya UANG menjadi jalan terakhir pemecahan masalah ini?. Oh ya..di film ini, Rachel Maryam berani tampil “bugil” loh..meski hanya terlihat dari samping dan belakang ;-)

Bagian II : Chant From A Tourist Town (Cerita dari Yogya).
Directed by Upi, Story by Vivian Idris.
Melihat bagian dari film ini, berkali-kali gw menghela nafas. Sambil bergumam “gila..gila..gila..” sudah sedemikian bejatkah moral anak bangsa sekarang ini?!! Karena yang diperlihatkan banyak adegan-adegan yang bikin terperangah. Film ini bercerita tentang kehidupan pergaulan bebas anak-anak SMU di Yogya, diantaranya karena akibat pengaruh internet. Hanya dengan sekali klik, segalanya bisa didapat. Sayangnya, kemudahan informasi ini dimanfaatkan secara negative. Browsing gambar dan video porno menjadi hal yang biasa didapat di warnet-warnet yang menjamur,bahkan di salah satu sudut warnet, ada kamar khusus yang disediakan sekalian untuk check in! Whuaaaa…!!! Tak cukup sampai disitu, “praktek” di lapangan pun mereka lakukan. Seks bebas menjadi hal yang lumrah, bahkan tak jarang kebablasan sampai hamil, hingga aborsi menjadi jalan terakhir. Ketika aborsi tidak bisa dijadikan pilihan,kawin muda menjadi solusi-nya. Adalah seorang gadis SMU yang bernama “Kirana Safina (kirana Larasati) yang “katanya” memegang tradisi: hanya akan menyerahkan keperawanannya pada orang yang tepat. Pada akhirnya, dia menyerah juga ketika seorang pemuda dari kota mampu memikat hatinya. Oo..Oo..siapa Dia? Dialah Fauzi Baadilla ;-) disini dia berperan sebagai seorang wartawan yang berpura-pura masuk kedalam kehidupan bebas itu, tapi pada akhirnya ikut “mencicipi” keperwanan Safina. Fiuuuh…berat banget kan temanya! Ini memang hanya sebuah film. Tapi, siapa tahu kejadian ini memang terjadi disekitar anda? Waspadalah…waspadalah..waspadalah…!!!

Bagian III : Chant From A Village (Cerita dari Cibinong)
Directed by Nia Dinata, Story by Melissa Karim.
Selain sebagai penyanyi, beberapa kali tampil main film, Shanty cukup keren juga kok mainnya ;-) Salah satunya ya di film ini. Berperan sebagai Esi, Shanty yang memang asli Sunda, memerankan seorang perempuan single parent yang mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Maesaroh (diperankan Ken Nala Amryta). Secara keseluruhan, film ini banyak menggunakan dialog berbahasa sunda, buat yang ga bisa bahasa ini, tenang aja…ada terjemahannya kok ;-) Esi bekerja sebagai pembersih WC di sebuah club dangdut di Cibinong. Salah satu bintangnya di club itu Cicih (diperankan Sarah Sechan), suatu saat menjadi penolongnya ketika Esi mendapatkan kesulitan. Pada suatu ketika, Esi memergoki Narto pacarnya melakukan perbuatan tak senonoh kepada Saroh anaknya. Kebetulan, setiap Esi kerja, Saroh ditipkan kepada Narto. Tak terima anaknya diperlakukan seperti itu, Esi pergi membawa Saroh dan oleh Cicih mereka berdua ditampung dirumahnya. Sampai pada suatu ketika, si Cicih yang emang pengen banget kayak Vetty Fera, terbujuk oleh rayu seorang yang mengaku bisa membantunya menjadi penyanyi dangdut terkenal di ibukota. Dengan syarat: Saroh dibawa juga kesana. Saroh yang tak mendapat restu dari Esi, nekat bersama Cicih pergi ke ibukota. Ternyata impian tak sesuai kenyataan. Disana ternyata si cukong adalah pelaku perdagangan perempuan ke luar negeri. Ketika akhirnya Esi berhasil menemukan Cicih, Saroh sudah tidak bersamanya lagi. Film ini cukup seru. Meski yang dibicarakan hal yang serius, tapi dibumbui dengan hal-hal yang lucu. Didukung oleh acting Sarah Sechan yang emang konyol itu ;-) BAgus lah pokok nya mah..Hehe…

Bagian IV : Chant From The Capital City (Cerita dari Jakarta)
Directed by Lasja.F.Susatyo, Story by Melissa Karim
Film ini paling menyentuh dibanding film lainnya. Tentang perjuangan seorang perempuan yang terkena AIDS dari etnis Tionghoa, yang diperankan oleh Susan Bachtiar sebagai Laksmi. Suaminya Reno (diperankan Winky Wiryawan), meninggal akibat over dosis narkoba dan terjangkit virus HIV. Setelah kematian suaminya itu, Laksmi berjuang bertahan hidup bersama putri semata wayangnya Bebe (diperankan oleh Ranti). Perjuangan terasa berat, karena mertuanya mempersalahkan dirinya akan kematian suaminya. Tak hanya itu, mertua beserta keluarga suaminya juga ingin merebut Bebe dari pangkuannya. Sampai-sampai Laksmi mencoba hidup dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindar dari mertuanya, demi mempertahankan Bebe untuk tetap hidup bersamanya. Akan tetapi, lambat laun Laksmi harus memilih. Karena Bebe tak kan selamanya harus hidup luntang-lantung, sementara dia sendiri tidak bekerja.

Tidak ada komentar: