Sabtu, 02 Februari 2008

TURTLE CAN FLY







hari-hari yang disibukkan oleh rutinitas itu-itu saja sungguh melelahkan. Film yang inspiratif kupikir bisa membuat hidup lebih bersemangat. Berikut film yang baru saja kusimak tuk isi liburan akhir pekan (Sinopsis Turtle Can Fly kucuplik dari: http://nadetta.blogspot.com/2005_12_01_archive.html).
Cerita berawal dari jatuh cintanya seorang remaja laki-laki yang dijuluki Satellite, tukang reparasi antenna di sebuah tempat pengungsian di perbatasan Iran-Iraq, kepada seorang gadis yang selalu terlihat menggendong seorang anak berumur 2 tahun di pundaknya. Tapi sebagaimana perang selalu berhasil mengubah hidup orang, cerita cinta anak remaja ini pun tidak sama dengan cerita cinta lainnya. Dalam film ini perang tidak sekedar dijadikan latar, namun jiwa dari perang itu menjadi plot utama. Satellite yang rela memberikan tali, (yang jarang adanya pada waktu itu) bagi gadis pujaannya, Satellite yang rela mengangkat air dari mata air bagi sang gadis, Satellite yang menyisihkan masker oksigen bagi sang gadis, Satelitte yang ikut menjaga anak sang gadis hasil perkosaan tentara, Satelitte yang rela berbagi wilayah pembersihan ranjau dengan kakak sang gadis. Sebuah cerita cinta yang hanya bisa terjadi pada situasi perang.
Cerita ini berlanjut dengan mendalami pengalaman sang gadis mengenai perang. Kefrustasiannya dalam memelihara anak hasil perkosaan, perseteruannya dengan kakaknya yang sayang dengan anak itu, dan keengganannya pada Satellite yang selalu membantu. Perang memang selalu mengerikan, bila kita memakai kacamata seorang anak untuk melihatnya, perang menjadi sesuatu yang sangat amat menjijikkan. Dari film ini gue bisa liat bagaimana sebuah perang mengubah seorang anak riang dan penuh dengan kehidupan menjadi seorang pemimpin yang harus menjaga puluhan anak buahnya dalam mencari ranjau untuk dijual, gue bisa liat bagaiamana seorang anak remaja yang bijak dan mampu meramal menjadi seorang bapak tanpa tangan bagi seorang anak yang dibenci ibunya sendiri, gue liat seorang gadis muda yang terpaksa menjadi seorang ibu dari seorang anak yang tidak diinginkannya. SIAL EMANG ‘LU PERANG……

4 komentar:

Unknown mengatakan...

yah.. 2 hari yang lalu (10 jan 2009) Tvone menanyangkannya... buatku ini bagaikan mengiris hati... seandainya.. kita yang ada diposisi mereka..! apakah kita mampu bersikap lebih baik (mengartikan dan menghadapi peperangan)
Hanya orang-orang gila yang menyintai peperangan. Seperti peperangn yang ada di gaza sekarang.
Dan lebih gila lagi orang-orang yang punya kemampuan ataupun kekuasaan untuk menghentikan peperangan tapi lebih memikih diam.

suryawan mengatakan...

gw juga baru liat di metro...miris ngeliat cewek seumuran itu musti punya anak hasil perkosaan pula...

Ari iman mengatakan...

Sy telat nontonya di metro tv mlm minggu tgl 20 Juni 2009..Sy tercengang melihat bocah2 yg bekerja di ladang ranjau, bukan ladang jagung tuk menyambung hidup mereka..Perang bagamanapun menyisakan kepedihan, sepertil terlihat di film ini, dimana kehidupan anak2 di pengungsian sangat berbeda dengan anak2 lain dibelahan dunia yg tdk menderita akibat peperangan...Meskipun begitu sifat dasar anak2 yg selalu ramai dan polos tidak bisa dihilangkan oleh perang sekalipun. Kalau dilihat dari film ini adalah bangsa irak suku kurdi klw tdk salah

Gracey.. mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.